Apa yang membedakan orang yang baru saja bisa mengendarai motor dengan yang sudah mahir? Tentu banyak sekali. Namun demikian, salah satu yang paling sering membedakan pengedara yang satu dengan pengendara yang lain adalah kemampuan menaklukkan tikungan. Hal yang sama terutama bisa dirasakan pada saat turing. Saat peserta yang satu harus ngantri di belakang peserta yang lain. Bahkan di arena balap pun fenomena ini sering ditemukan.
Tentu banyak faktor yang bisa menyebabkan seorang pengendara memiliki kecepatan lebih lambat dari pengendara lain. Bisa perbedaan jenis dan teknologi motor, nyali pengendara, kondisi jalur yang dilalui, dst. Kita tidak mungkin membahasnya satu-persatu di sini. Namun demikian, setidaknya dari aspek riding style, teknik menaklukkan tikungan sangat berperan serta.
Bagi yang sudah bangkotan dalam dunia balap maupun turing, teknik menikung bukan masalah lagi. Belajar dari pengalaman sehari-hari mereka bisa menikung dengan “sempurna”. Tikungan bisa dilibas dengan rapi. Tidak lebih dan tidak kurang. Lebih berarti nyelonong ke jalur lain yang berisiko tabrakan. Kurang artinya terlalu mepet ke bahu jalan yang artinya bisa nyusruk. Lantas bagaimanakah teknik menikung yang sesungguhnya?
Pengertian Menikung
Secara sederhana menikung (cornering/turning) dapat didefinisikan sebagai “membelokkan kendaraan ke arah yang dituju”. Bisa kiri atau kanan. Bisa akibat tikungan atau sekedar menghindari kendaraan atau benda tertentu di jalan. Namun demikian, dalam dunia otomotif ada perbedaan antara gaya menikung pada mobil dan motor.
Ketika mengendarai mobil dan ingin belok, yang perlu kita lakukan adalah memutar stir mobil ke arah mana kita akan belok. Kalau kita ingin belok kiri, maka stir mobil kita putar ke arah kiri. Sebaliknya, kalau ingin belok kanan, maka stir kita putar ke arah kanan. Memutar stir akan membuat roda depan mobil berubah arah dari semula lurus menjadi ke arah kiri atau kanan, tergantung ke arah mana stir kita putar. Perubahan arah roda depan pada gilirannya akan membuat mobil bergerak ke arah mana roda depan mengarah. Roda depan mengarah ke kiri, maka mobil akan bergerak ke kiri, roda depan mengarah ke kanan, mobil bergerak ke kanan.
Dalam setiap tikungan, mau cepat atau lambat, patah atau hairpin (tikungan panjang melingkar), mobil melakukan teknik yang sama. Namun pada motor, teknik demikian tidak sepenuhnya bisa diterapkan. Menikung pada motor setidaknya memiliki tiga gaya atau teknik dengan efek yang biasa dirasakan berbeda.
Gaya Konvensional
Gaya ini persis sama dengan gaya menikung mobil di atas. Tekniknya dilakukan dengan memutar batang stang secara bergantian kiri atau kanan tergantung mau belok arah mana. Gaya ini efektif pada kecepatan rendah atau sangat rendah. Biasanya pada saat kita ingin menikung lambat pada belokan patah dan dan sempit, gaya ini dipergunakan.
Coba perhatikan orang yang baru belajar naik motor. Badannya selalu berusaha tegak sehingga terlihat kaku. Ketika berbelok dengan lambat semakin terlihat tegak dan setir diputar habis ke arah tikungan. Jadi, teknik ini sangat basic, bahkan secara naluri telah kita lakukan pada saat awal belajar naik motor. Bagi yang sudah mahir pun gaya menikung semacam ini masih dilakukan. Namun kecepatan aman yang disarankan di sini hanya sampai 10km/jam. Lebih dari itu harus dengan teknik lain.
Body English (BE)
Bagaimana halnya dengan kecepatan di atas 10km/jam? Teknik yang digunakan adalah Body English (BE) atau Counter Steering (CS). Mengapa mengubah teknik? Karena prinsip yang terjadi pada saat itu cenderung berbeda. Pada saat menikung pada kecepatan yang lebih tinggi, yang terjadi adalah perubahan kemiringan motor menurut input (tekanan dan tarikan) yang dilakukan terhadap stang. Kemiringan itu berpengaruh pada dan dipengaruhi oleh ban yang digunakan. Berbeda dengan mobil yang memiliki empat roda, motor hanya beroda dua. Demikian pula ban yang digunakan berbeda. Mobil bersifat flat (rata), sementara motor bersifat membulat.
Prinsip yang terjadi pada saat miring dalam menikung adalah perubahan Contact Patch (CP). Semntara yang dimaksud dengan CP adalah bagian dari ban motor yang menyentuh permukaan jalan. Ketika motor berjalan lurus, bagian dari ban motor yang menyentuh permukaan ada di sebelah bawah ban di bagian tengah ban. Permukaan ban motor yang membulat pun demikian. Mempengaruhi CP sebelah kiri atau kanan, tergantung kemiringan kendaraan dan teknik yang digunakan.
Nah, gaya BE adalah gaya memiringkan tubuh agar bisa belok. Gaya ini menggunakan berat badan untuk memindahkan CP. Bob Sumitro, pakar mengenai hal ini memberi contoh berikut:
“Cari jalan yang lurus dan sepi, kemudian jalankan motor dengan kecepatan sedikitnya 30 km/jam. Setelah yakin bahwa lalu lintas sekitar sepi, pindahkan berat badan anda ke sebelah kiri atau kanan. Begitu berat badan anda pindah/bertumpu ke satu sisi, maka motor anda akan bergerak ke arah mana berat badan anda bertumpu atau anda pindahkan. Kalau berat badan anda pindahkan ke kiri motor akan belok ke kiri, sedangkan kalau berat badan anda pindah ke kanan maka motor akan bergerak ke kanan. Karena tahu mekanisme belok sepeda motor, saya yakin anda bisa menebak dengan benar kenapa hal ini bisa terjadi … Jawaban anda tepat. Sepeda motor bergerak ke arah mana anda memindahkan berat badan karena CP dari ban motor anda pindah ke arah tersebut.”
Menurut pakar satu ini, Body English ini cukup efektif untuk belok. Namun apabila kecepatan pada saat belok agak tinggi (misalnya di atas 70 atau 80 km/jam) tidaklah demikian. Apalagi jika motor yang kita pakai termasuk jenis cruiser atau touring bike dengan rake/trail yang panjang. Gaya ini kurang efektif sebab radius belok kita tidak bisa setajam tikungan, yakni dengan kata lain, gaya menikung BE bisa menimbulkan efek cenderung melebar. Nah, pada saat itulah kita butuh gaya Counter steering (CS).
Counter Steering (CS)
Sudah jelas tujuan Counter Steering (CS) di atas, namun bagaimana tekniknya? CS sering dipahami secara harfiah sebagai mengarahkan stir ke arah berlawanan. Dalam hal ini arah yang berlawanan dengan arah ke mana kita akan menuju. Ini terdengar rancu, meskipun pada dasarnya kurang lebih demikian. Karena itu, lebih baik kita memahaminya sebagai “metode memiringkan motor ke arah tikungan yang dimulai dengan menekan stang (handgrip) ke arah tikungan yang dituju (kiri atau kanan).”
Apabila ingin berbelok ke kiri, maka tangan kiri menekan stang kebawah dan dengan otomatis tangan kanan akan menstabilkan. Pada saat yang sama motor akan miring, namun badan cenderung tegak sebagai counter-kestabilan motor. Dengan demikian, teknik ini juga memindahkan CP, namun bukan dengan berat badan, tapi lebih banyak dengan permainan tekanan tangan pada stang. Untuk lebih jelasnya mari coba latihan ala Bob Sumitro berikut:
“Cari jalan yang sepi dan agak lebar, kalau bisa jalan yang lurus. Sesampai di sana, kendarai sepeda motor anda sampai mencapai kecepatan 40 km/jam dan ambil posisi agak di tengah jalan. Ketika jarum speedo mencapai angka 40, dan setelah anda pastikan bahwa lalu lintas sepi serta tidak ada kendaran lain di sekitar anda, dorong stang kiri motor, sedikit saja dan perlahan-lahan. Jangan heran kalau begitu stang motor kita dorong ke kiri, maka motor akan bergerak ke kiri. Sekarang coba lagi lakukan hal yang sama, tapi kali ini dorong stang kanan, maka motor akan bergerak ke arah kanan.”
Bagi kita yang kebanyakan menikung dengan BE, mendengar dan mempelajari CS seperti sesuatu yang baru. Mungkin karena selama ini kita membawa motor sesuai kebiasaan, menikung dan badan ikut membantu sudut tikungan. Bahkan banyak pula dari kita sangat terpengaruh dengan gaya pembalap melibas tikungan dengan memindahkan seluruh tubuh ke sisi dalam kendaraan di mana tikungan mengarah. Sementara tidak demikian halnya dengan CS yang menjadikan tubuh sebagai penyeimbang. Padahal sebenarnya hampir semua orang pernah menggunakan teknik ini.
Ingat ketika masih kecil pake BMX atau waktu masih belajar-belajarnya naik motor? Biasanya kita meliuk-liukkan kendaraan dengan menekan-nekan setang kiri dan kanan. Alhasil seperti gaya Erik Esterada dalam film Chips. Namun demikian, mengapa akhirnya jarang kita gunakan? Karena makin lama kita makin senang dengan gaya belok dengan stang (pada saat tikungan lambat dan kecepatan lambat) atau dengan gaya BE sambil miringkan tubuh kiri dan kanan. Apa soal, kita miskonsepsi bahwa itu lebih nyaman, gaya, & safety.
Kenyataannya, meski sudah sangat jarang kita gunakan, CS sangat menarik (fun), efektif, dan aman. Soal fun silahkan coba sendiri. Soal efektif karena gaya nikung CS benar menikung sesuai steering input (daya tekan kita) pada stang. Artinya a) badan tidak terlalu capai karena tidak perlu terlalu ikut doyong kiri kanan, b) menikung dengan CS memungkinkan posisi badan tetap lurus sesuai kemiringan motor atau agak lebih tegak dari kemiringan motor sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak diduga, seperti ada lubang atau menghindari kendaraan yang tiba-tiba bergerak memotong, kita tinggal menarik stang mengikuti badan yg tegak atau miring ke arah sebaliknya.
Kenapa lebih efektif, soalnya berat badan kita tidak sedang miring ke arah tikungan. Bayangkan betapa susahnya memindahkan berat tubuh dari (katakanlah) sebelah kiri ke kanan secara mendadak untuk bermanuver menghindari lubang atau kendaraan lain. Jeda waktu (duration) dan tenaga (effort) yg digunakan pastlah lebih lama & berat. Pada teknik CS, hal ini tidak terjadi. Alhasil, setiap manuver terasa ringan dan kecepatan tetap bisa dipertahankan.
Demikianlah tiga gaya dan teknik basic dalam mengendarai motor ditikungan. Sangat penting dalam berkendara sehari-hari, dan terutama bagi para bikers yang gemar turing.
|
---|
Thursday, 30 July 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment